17.5.09

contoh proposal KTI

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PERILAKU KB DI …………….







OLEH :

IRMA SULISTIYANINGSIH
NIM. 05002180

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN MOJOPAHIT
MOJOKERTO
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga berencana merupakan salah satu program yang disusun oleh pemerintah dalam rangka mengatur jumlah kelahiran, di mana tujuan akhir dari program ini adalah untuk membantu keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, sedangkan arti dari keluarga berencana atu sendiri adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan kehendak pasangan suami istri dan menentukan sendiri pasangan suami istri ingin hamil. Setiap tahun ada 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah yang melingkupi kehamilan, persalinan dan pengguguran kandungan (aborsi) yang tak aman (Sumar Jati, 2005). Menurut Christine Henderson (2006 ; 96) keluarga berencana efektif berarti bahwa seseorang individu dapat mengontrol kapan dan apakah mereka bisa memiliki anak ; yakni bahwa mereka dapat menetapkan pilihan bebas.
Selama ini akseptor KB pria lebih sedikit dibandingkan akseptor KB wanita. Itu terbukti dengan rendahnya target akseptor KB pria dalam propenas tahun 2000 – 2004. Mestinya 8% tetapi hanya tercapai 1,3%. Rinciannya, pemakaian kondom 0,9%,vasektomi 0,4% (BKKBN, 2005) karena peserta KB pria di Indonesia hanya pada kisaran 1.3% dari target 8%. Maka untuk itu, tahun 2005, peran serta pria ditargetkan kembali menjadi 2,5%. Tidak hanya itu, dalam rancangan sasaran program KB pada 2010 dan 2015 telah ditetapkan pencapaian peran serta pria dalam ber KB sekitar 4,5% hingga 7,5% (BKKBN, 2007).
Di Jawa Timur sasaran KB pria pada tahun 2006 1% terdiri dari KB vasektomi 0,4% dan kondom 0,55%. Dasaran ini akan dapat tercapai apabila dalam operasionalnya mendapat dukungan penuh dari pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat (BKKBN, 2006).
Rendahnya partisipati pria dalam menggunakan alat kontrasepsi disebabkan karena terbatasnya alat kontrasepsi yang bisa digunakan pria (hanya vasektomi dan kondom), ini termasuk masalah teknis. Selama ini upaya – upaya penelitian dan adanya rumor bahwa vasektomi dapat menurunkan kemampuan seksual, kekhawatiran para istri bawa vasektomi meningkatkan peluang penyelewengan, adanya stigma (prasangka negatif) yang melekat pada penggunaan kondom, serta adanya hambatan. Cultural dan psikologis. Pemikiran ini karena ada mitos – mitos yang berkembang cenderung menjadikan perempuan atau istri sebagai sasaran dalam masalah reproduksi. Anggapan bahwa karena yang hamil dan melahirkan adalah perempuan, maka perempuanlah yang harus mempergunakan alat melahirkan adalah perempuan, maka yang perempuanlah yang harus mempergunakan alat kontrasepsi agar tidak hamil. Tentunya ini terasa kontradiktif karena perempuan yang mengalami masa hamil, persalinan dan menyusui masih harus menggunakan alat kontrasepsi yang kadang kala tidak cocok bagi. Penyebab yang lain adalah adanya temuan yang diperoleh melalui focus group discussion (FGD) oleh Saparinah Sadli (1997) yang menyebutkan bahwa pasangan usia subur (PUS) yang terdiri dari para suami merasa bahwa mereka tidak diikut sertakan dalam program KB, dan memperoleh pengetahuan tentang KB. Dari membaca artikel dimasalah, televisi dan cerita istri bukan petugas kesehatan. (Aman Widodo, 2006) dari sini juga bisa diketahui bahwa pengetahuan juga mempengaruhi perilaku pria atau suami untuk ikut KB. Notoatmodjo (2003 ; 128) mengatakan dalam salah satu buku karangannya bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Sebenarnya partisipasi atau keikut sertaan suami dalam KB sangat penting karena ; pertama, pria adalah partner dalam reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila laki-laki dan perempuan berbagi tanggung jawab dan peran secara seimbang dalam kesehatan reproduksi ; kedua, pria bertanggung jawab secra sosial dan ekonomi, sehingga keterlibatan pria dalam pengambilan keputusan untuk menentukan jumlah anak ideal dan jarak kelahiran akan memperkuat ikatan batin yang lebih kuat antara suami istri dalam kehidupan berkeluarga ; ketiga, pria secara nyata terlibat dalam ferlititas dan mereka mempunyai peran penting dalam memutuskan kontrasepsi yang akan digunakan oleh istrinya ; keempat, partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi diharapkan mampu mengubah pandangan bahwa KB hanya hak dan tugas perempuan saja, melainkan merupakan hak bersama laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN Sumenep tahun 2006, suami pasangan usia subur yang ikut KB di Desa Giring, kecamatan Manding adalah 9 (1%) dari 835 suami pasangan usia subur dengan rincian sebagai berikut : pemakai kondom 2 orang (0,24%), vasektomi 7 orang (0,84%), hal ini menunjukkan rendahnya pencapaian akseptor KB pria.
Berdasarkan penjelasan dan data yang ada di atas solusi yang akan diterapkan adalah peningkatan dukungan baik secara politis, sosial, budaya dan keluarga dapat dicapai dengan melakukan pendekatan atau kegiatan advokasi dan KIE secara intensif kepada para pengambil keputusan, tokoh masyarakat (TOMA) atau tokoh agama (TOGA), termasuk seluruh anggota keluarga. Peningkatan pengetahuan dan sikap dilakukan melalui upaya promosi dan konseling KB dengan tema sentral “pria bertanggung jawab” terhadap anggota keluarga termasukkepada para program KB. Peningkatan kualitas kegiatan promosi dan konseling KB dilakukan dengan mengintegrasikan konsep dan kegiatan dengan komponen dan sektor terkait. Sedangkan pengembangan pelayanan KB pria dilakukan dengan mendekatkan pelayanan ditempat kerja. (Aman Widodo, 2006)

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Mengingat karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka dilakukan batasan masalah pada hubungan pengetahuan suami tentang KB dengan keikut sertaannya ber-KB.
Dari pembatasan masalah di atas rumusan masalah yang dapat diambil “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Suami Tentang KB Dengan Perilaku KB ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan suami tentang KB dengan perilaku KB.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan suami tentang KB.
b. Mengidentifikasi perilku suami dalam KB.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengembangan bidang kesehatan.
Bagi bidang kesehatan, penelitian sebagai data dasar untuk meningkatkan promosi kesehatan dibidang KB kepada para suami.
2. Bagi institusi pendidikan.
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan gambaran serta informasi bagi penelitiannya selanjutnya.
3. Bagi masyarakat.
Diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan bagi masyarakat terutama suami pasangan usia demi meningkatkan perilaku suami pasangan usia subur dalam KB.
4. Bagi peneliti.
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan teori penelitian secara langsung dan juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjadi jawaban pertanyaan “what”. Pengetahuan juga merupakan hasil tahu dari dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmojo, 2002; 4)
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan seseorang, dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari suatu objek. Penelitian atau responden dengan menyesuaikan dengan tingkatan, seperti:
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelum kata kerja untuk mengukur bahwa orang yang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, mendefinisikan, menanyakan.



b. Memahami (comprehensif)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu obyek yang diketahui dan mempresentasikan materi itu secara benar.
c. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisa (analisis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek komponen-komponen tapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis)
Diartikan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formula yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
(Notoatmojo,1999; 128-130)
3. Cara memperoleh pengetahuan
a. Cara tradisional atau non alamiah
1) Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dlam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya,sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba ) and error (gagal atau salah ) atau metode coba – salah atau coba – coba. Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Di samping itu,pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berpikir dan kebudayaan manusia kearah yang lebih sempurna.
2) Cara kekuasaan atau otoriter
Dalam kehidupan manusia sehari –hari, banyak sekali kebiasaan – kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan tersebut seolah – olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat formal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan. Dibidang kesehatan otoritas pengetahuan bukan saja berasal dari ahli – ahli kesehatan atau kedokteran, tapi juga berasal dari dukun apabila masyarakat menjumpai kesulitan – kesulitan kesehatan mereka minta nasihat atau pengobatan kepada ahli – ahli tersebut, termasuk juga dukun. Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.


4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
b. Cara Modern atau Ilmiah
Pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah yang disebut dengan metode penelitian ilmiah (Research Methodology). Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah.
(Notoatmodjo, 2002: 11-18)
4. Pengukuran Pengetahuan
a. baik jika presentase 76 – 100%
b. cukup jika presentase 56 – 75%
c. kurang jika presentase <56%

B. KONSEP KELUARGA BERENCANA (KB)
Pengertian KB
Keluarga berencana adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan kehendak pasangan suami istri dan menentukan sendiri kapan pasangan suami istri ingin hamil. (Sumarjati, 2005)
Macam-macam metode kontrasepsi pada wanita.
a. Metode Sederhana
1) Tanpa alat
Termasuk didalamnya metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simpto-termal.
2) Dengan Alat
a) Mekanis
Yang termasuk didalamnya adalah barier intravagina; diafragma, cap serviks, spon, kondom wanita.

b) Kimia
Yang termasuk didalamnya : spermisid ; vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, vaginal soluble film.
b. Metode Modern
1) Kontrasepsi Hormonal
a) Per-oral
Pil oral kombinasi, mini pil, morning after pil.
b) Injeksi atau suntikan
DMPA, NET-EN, microspheren, micro capsule.
2) Subcutis : implan
a) Implan non – biodegrable
b) Implan biodegradable
3) Kontrasepsi mantap
a) Penyinaran:radiasi, sinar-x, radium, cobalt, sinar laser.
b) Operatif, medis operatif wanita: ligsi tuba fallopii, elekto-koagulasi tuba fallopii, fibrioktomi, salpingektomi, ovarektomi bilateral, histerektomi, fibriotexy.
c) Penyumbatan tuba fallopii secara mekanis (penjapitan tuba fallopii, solid plugs)
d) Penyumbatan tuba fallopii secara kimiawi(phenol compoun, quinacrin)
4) Intra uterine devices (IUD, AKDR) (Hartanto, 2004: 42)
Macam-macam metode kontrasepsi pada Pria..
a. Coitus interuptus (senggama terputus)
Adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi jauh dari genetalia eksterna wanita (Hartanto,2004:58).
1) Keuntungan
a) Tidak memerlukan alat dan murah
b) Tidak menggunakan zat – zat kimiawi
c) Selalu tersedia setiap saat
d) Tidak mempunyai efek samping (Hartanto, 2004:58)
e) Dapat meningkatkan seksualitas sekaligus meningkatkan keterampilan pasangan (Henderson,2006:97)

2) Kerugian
a) Angka kegagalan cukup tinggi
b) Kenikmatan berkurang bagisuami istri, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan
3) Kontra indikasi
Ejakulasi prematur pada pria
4) Hal – hal penting yang harus diketahui oleh akseptor
a) Sebelum senggama, cairan pra-ejakulasi pada ujung penis harus dibersihkan terlebih dahulu.
b) Bila pria merasa akan ejakulasi, ia harus segera mengeluarkan penisnya dari dala vagina, dan selanjutnya ejakulasi dilakukan jauh dari orificium vagina.
c) Coitus interuptus bukan metode kontrasepsi yang baik bila suami mempunyai kesulitan untuk mengetahui kapan ia akan berejakulasi.
d) Coitus interuptus cukup tepat untuk suami yang tidak mempunyai “perembesan” dari cairan pra-ejakulasi sebelum senggama(Hartanto, 2004:58).
b. Kondom
Kondom adalah suatu metode kontrsepsi yang pada dasarnya menghalangi masuknya spermatozoa kedalam traktus genetalia interna wanita (Hartanto, 2004: 60)
1) Keuntungan
a) Mencegah kehamilan
b) Memberikan perlindungan bagi kedua pasangan terhadap penyakit menular seksual (PMS)dan HIV
c) Tidak memerlukan supervisi medis (Henderson, 2004:98).
2) Kerugian
a) Angka kegagalan cukup tinggi.
b) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom
c) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pada setiap senggama(Hartato,2004: )
d) Kondom kadang bocor (Leo sperof & philip darney,2005:267)
3) Indikasi
a) Pria
(1) penyakit genetalia
(2) sensitivitas penis terhadap sekret vagina
(3) ejakulasi prematu
b) Wanita
(1) vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan
(2) kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan dafragma atau kap servik secara otomatis atau psikologis tidak memungkinkan
(3) untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan dalam vagina
c) Pasangan pria dan wanita
(1) pengendalian daripria lebih diutamakan
(2) senggama yang jarang
(3) penyakit kelamin (aktif atau tersangka)
(4) herpes genetalis atau kondiloma akuminata
(5) urethritia karena sebab apapun,termasuk yang sedang dalam terapi
(6) sistitis, disuria atau pyuri
(7) metode sementara sebelum menggunakan metode kontrasepsi oral atau IUD
4) Kontra indikasi
a) Absolut
(1) pria dengan ereksi yang tidak baik
(2) riwayat syok septik
(3) tidak bertanggung jawab secara seksual
(4) interupsi sexual foreplaimenghalangi minat seksual
(5) alergi terhadap karet atau lubrikan pada patner seksual
b) relatif
interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual
5) Efektifitas
a) Theoritical effectiveness, yang meliputi “method failur” : 2% per 100 pasangan per-tahun
b) Use effectiveness, yang meliputi “use failure” :13-38%
6) Efek non-kontrasepsf
a) Perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS), yang sedang hangat dewasa ini: AIDS
b) Perlindungan terhadap infeksi cairan amnion
c) Kadang-kadang dianjurkan untuk mengobati ejakulasi prematur, karena kondom mengurangi sensitivitas glans penis
d) Terapi infertilitas
7) Efek samping dan komplikasi
a) Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis
b) Alergi terhadap karet. (Hartanto, 2004:62 )
c. Kontrasepsi Mantap pria = Vasektomi
Merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.(Hartanto, 2004: 307)
1) Dasar dari vasektomi
Oklusi vas deferen, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa didalam semen atau ejakulat(tidak ada penghantar spermatozoa dari testis ke penis). (Hartanto,2004:308)
2) Keuntungan
a) Prosedur lebih sederhana
b) Dapat dilakukan dengan anastesi lokal, sehingga prosedur rawat jalan
c) Tidak memerlukan peralatan canggih dan jauh lebih muda pengerjaannya
d) Biaya murah
e) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
f) Motalita dan morbiditas operasi yang signifikan hampir tidak ada
g) Efektifitas dapat di uji (Glasier, 2005: 361)
3) Kerugian
a) Diperlukan tindakan operatif
b) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi
c) Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferen dikeluarkan
d) Promblem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi.
4) Kontra indikasi
a) Infeksi kulit lokal,misal scabies
b) Infeksi traktus genetalia
c) Kelainan skrotum dan sekitarnya
d) Penyakit sistemik
e) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.(Hartanto,2004:308)
5) Indikasi
a) Pasangan yang sangat yakin bahwa kaluarga mereka sudah lengkap
b) Individu atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak
c) Apa bila salah satu pasangan :
(1) memiliki resiko bermakna mewariskan suatu penyakit herediter
(2) mengidap penyakit kronik. (Glasier,2005:361)
6) Efektifitas
a) Angka kegagalan: 0-2,2% umumnya < 1%
b) Kegagalan umumnya disebabkan:
(1) senggama yang tidak terlindungi sebelum semen atau ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa
(2) rekanalisasi spontan dari vas deferen
(3) pemotongon dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi
(4) jarng: duplikasi congenital dari vas deferen
7) Efek samping dan komplikasi
a) Komplikasi minor
(1) ecchymosi, tejadi pada 2-65%
(2) pembengkakan (0,8-67%)
(3) rasa sakit atau tidak enak
b) Komplikasi mayor
(1) hematoma
(2) infeksi
(3) spermagranuloma. (Hartanto, 2004: 313-314)

C. KONSEP PERILAKU KELUARGA BERENCANA (KB).
1. Pengertian
Perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan-kekuatan penahan.perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang, yakni:
a. kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Misalkan, pria atau suami yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara penting mempunyai anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya dengan mengikuti KB kalau kekuatan pendorong, yakni penting ber-KB dan kesehatan reproduksi, dinaikkan partisipasi dan perannya dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.
b. Kekuatan-kekuatan pendorong menurun. Dengan memberikan pengertiaan kepada orang yang belum ber-KB bahwa banyak anak banyak rezeki adalah kepercayaan yang salah.
c. Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan pendorong menurun. Penyuluhan atau komunikasi, informasi, edukasi (KIE) telah membarikan pengertian tentang penting ber- KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki, akan mengakibatkan kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuata penahan. (Edi, 2007)

2. faktor pendorong keberhasilan kontap pria, antara lain:
a. peningkatan komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan advokasi bagi ulama tentang vasektomi dan rekanalisasi
b. keteladanan
c. reward
3. faktor penghambat kontap pria, antara lain:
a. pengetahuan tentang kontap yang masih relatif rendah baik dari sisi pengelola dan pelaksanaan program dimasyarakat, maupan tokoh agama.
b. Keterbatasan alat kontrasepsi.
c. Rendahnya dukungan keluarga.
d. Rendahnya dukungan orang yang berpengaruh
e. Keterbatasan tempat pelayanan
4. Upaya yang harus dilakukan:
a. memperbesar faktor pendorong.
b. mengurangi faktor penghambat.
c. memperbesar faktor pendorong dan mengurangi faktor penghambat.(Saputra, 2008)

KERANGKA KONSEP
Predisposing factors


- Sikap
- Nilai
- Adat istiadat
- Kepercayaan
Enabling factors
- Ketersediaan sumber
- Fasilitas
Reinforcing factors
- Adanya dukungan
- Keteladanan petugas
- Pengetahuan
-
Perilaku KB










Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti

Sumber : (Saputra, 2008)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancang Bangun Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakuakn analisis dimana korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan faktor efek,antar faktor resiko maupun antar faktor faktor efek (Notoatmodjo, 2002: 45). Sedangkan berdasarkan jenis pendekatannya adalah Cross sectional yang artimya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2002: 145). Dalam hal ini peneliti ingin mempelajari ada tidaknya hubungan antara pengetahuan suami tentang KB demgan perilaku KB.
B.
POPULASI
Semua suami pasangan usia subur yang di desa giring Kecamatan Manding SumenepFrame Work

SAMPEL
Simple Random sampling Pada Bulan Juni-Juli


OBSERVASI
Data Variabel Independen Dependen
ANALISIS DATA
Menggunakan Uji Statistik Analitik “Chi-Square”







C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002: 266).
Berdasarkan kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan hipor\tesis sebagai berikut:
Ho : tidak ada hubungan antara pengetahuan suami tentang KB dengan perilaku KB.
Hi : ada hubungan antara pengetahuan suami tentang KB dengan perilaku KB.
D. Variabel
Jenis variabel
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dmiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain(Notoatmodjo, 2002: 70)
a. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang menjadi variabel penyabab atau yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2002: 70). dalam penelitian ini variabel independennya adalah pengetahuan suami tetang KB.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau independen (Notoatmodjo, 2002:70). dalam penelitian ini variabel dependennya adalah perilaku suami dalam KB.
Definisi Operasional
Variabel
Definisi operasional
Parameter
Alat ukur
Skor
Kriteria
Skala
Pengetahuan suami tentang KB
Hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan suatu objek yang terdiri dari :
- tahu
- memahami
- aplikasi
-analisis
- sintesis
-evaluasi
Suami dapat menjelaskan tentang:
- pengertian KB
- cara kerrja dan dasar macam-macam KB bagi pria
- keuntungan dan kerugian KB
-efektifitas dan kegagalan KB

kuesioner
Jika menjawab pertanyaan benar skor 1, jika salah skor 0
Baik: 76-100%
Cukup: 56-75%
Kurang: <56%
Ordinal
Perilaku KB
Bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab para suami dalam pelaksanaan KB

kuesioner
Untuk suami yang menjadi akseptor KB skor 0, jika menjadi akseptorKB skor 1
- menjadi akseptor KB
- tidak menjadi akseptor
Nominal


E. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut(Alimul , 2003: 35). Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami pasangan usia subur yang ada di desa Giring kecamatan Manding Sumenep.
F. Sampel
Sampel penelitian adalahsebagian yang diambil dari keseluruhan objek yamg diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Notoatmodjo, 2002: 79). teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling, dimana pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (Alimul, 2003: 35). dalam hal ini sampel ditentukan dengan rumus:
keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercyaan (0,1) (Notoatmodjo, 2002: 92)
sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu:
Kriteria inklusi
adalah kriteria umum subjek penelitian pada populasi terjangkau yang akan diteliti ( Nursalam, 2003:265)
a) semua suami pasangan usia subur yang ada di desa Giring kecamatan Manding Sumenep.
b) Semua pasngan usia subur yang ada di desa Giring kecamatan Manding Sumenep yang bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi
adalah mengeluarkan ataui menghilangkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003: 97)
a) Suami pasangan usia subur yang bertempat tinggal diluar desa Giring kecamatan Manding Sumenep.
b) Suami pasangan usia subur yang ada di desa Giring kecamatan Manding Sumenep yang tidak bersedia menjadi responden.

G. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan didesa Giring kecamatan Manding sumenep pada semua suami pasangan usia subur yang dilaksanakan pada bulan juni – juli 2008.

H. Teknik Dan Imstrumen Pengambilan Data
Jenis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana peneliti mengumpullkan data dengan menggunakan teknik angket. Sedangkan instrumen pengumpulan datanya adalah kuesioner yang dibagikan kepada responden pada waktu penelitian. Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005).sedangkan kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sudah disediakan dalam lembar kuesioner tersebut Notoadmojo, 2005).
Teknik pengisian lembar kuesioner tersebut dapat dimulai dengan cara responden terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitia, setelah itu dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan penelitian. Kemudian dipersilahkan untuk menjawabpertanyaan yang ada dalam kuesioner dengan cara memberi tanda (X) pada salah satu jawaban yang dianggap benar.
I. Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
Tahap univariat
pengetahuan:
jawaban benar diberi skor 1, sedangkan jawaban salah diberi skor 0.untuk menentukan hasilnya baik, cukup atau kurang dengan rumus
Keterangan
f : jumlah skor yang benar
N: jumlah presentase
P: presentase
untuk mengetahui apakah pengetahuan itu baik, cukup atu kurang yaitu:
Baik jika presentase 76-100%
Cukup jika presentase 56-75%
Kurang jika presentase < 56%
Perilaku:
Menjadi akseptor KB skor 1
Tidak menjadi akseptor KB skor 0
Tahap bivariat
Dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Hubungan variabel diperlihatkan denga tabulasi silang. Jadi setelah data terkumpul, data dianalisa dalam bentuk tabel kemudian dirank dan dicari selisih antara variabel selanjutnya diuji dengan menggunakan uji chi-square (x2).
Dengan kriteria penelitan jika x2 hitung > x2 tabel maka Ho ditolak α = 0,05 artinya ada hubngan antara kedua variabel. Sebaliknya jika x2 hitung < x2 tabel maka Ho diterima dengan α = 0,05 artinya tidak ada hubungan antara kedua variabel.
Rumus Chi-square sebagai berikut :
Keterangan :
i : baris
j : Kolom
Oij : Frekuensi pengamatan (obs dari baris i pada kolom i)
Eij : Frekuensi harapan (teritis dari baris i kolom i)
J. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian mendapat rekomendasi dari program studi kebidanan mojokerto dan mengajukan permohonan kepada kepala puskesmas Manding serta permohonan ijin kepada kepla desa Giring untuk mendapat persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya kuesioner disampaikan kepada responden dengan menekan pada etika meliputi:
Inform consent
lembar persetujuan menjadi responden diedarkan sebelum penelitia dilaksanakan pada seluruh objek yang bersedia untuk diteliti. Jika sujek bersedia untuk diteliti maka sujek harus mecantumkan tandatngan pada lembar persetujuan menjadi responden, dengan terlebih dahulu diberi kesempatan membaca isi lembar tersebut. Jika subjek menolak untuk diteliti maka penulis tidak akn memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
Anominiti
Untuk menjaga kerahasian subjek, responden tidak perlu mencantumkan nama dalam kuesioner pada lembar pengumpulan data (lembar kuesioner) peneliti hanya menuliskan atu memberi kode tertentu pada masing- masing lembaran.
Confidential
Kerahsiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Data hanya akan disajikan atau dilaporkan pada kelompok yang berhubungan dengan penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar